Reno, montir spesialis sepeda antik, menutup hari kerja dengan kabar yang membuat bengkel kecilnya riuh. Melalui ponsel usang yang selalu menempel di kantong, ia mengaku mengalami momen langka di Sweet Bonanza 1000. Cerita bermula saat waktu istirahat, dan berakhir dengan saldo yang tiba-tiba melonjak.
Di balik tangan yang lihai membetulkan rangka dan rem tua, Reno punya selingan yang ringan. Ia menyukai permainan bertema permen, warna-warni dan cepat, yang menurutnya ampuh menyegarkan kepala setelah fokus pada baut dan rantai. Bukan perkara mengejar sensasi, melainkan mencari jeda singkat di sela pesanan.
Reno bercerita bahwa dirinya mulai akrab dengan Sweet Bonanza 1000 karena tampilannya yang cerah. Ia mengatur batas dan menempel pada aturan pribadi agar tetap waras dalam mengelola waktu serta nominal. Prinsip itu, kata Reno, yang membuatnya lebih tenang saat hasil naik turun.
Di bengkel berdinding kayu, ia melayani pelanggan dari komunitas sepeda tua. Jadwal padat membuatnya lebih menghargai jeda singkat. Ia bilang, jeda itulah yang menjaga fokus saat mengerjakan pesanan rumit.
Sore itu, layar menampilkan deretan buah dan permen yang berjatuhan. Tanda lollipop bermunculan bertubi-tubi, memicu ronde tambahan dan deret pengali yang terus menanjak. Reno menahan napas, sementara angka di sudut layar bergerak lebih cepat dari biasanya.
Dalam hitungan menit, pengali yang bergulung menekan saldo hingga menembus kisaran puluhan juta rupiah. Reno berhenti pada titik yang ia rencanakan sejak awal, lalu menutup aplikasi. Ia menyebut keputusan itu bagian dari disiplin, karena momen serupa tak datang tiap hari.
Reno mengaku tidak membocorkan detail apa pun soal langkah-langkah teknis. Baginya, Sweet Bonanza 1000 sekadar hiburan ketika pekerjaan di bengkel memberi waktu senggang. Yang penting, ia menegaskan, kontrol diri tetap nomor satu.
Ia menolak menyebut angka rinci dan unggahan layar. Ia merasa cukup dengan pengakuan saksi di bengkel, karena kabar itu muncul berbarengan dengan teriakan spontan saat notifikasi saldo muncul. Setelah itu ia menyalakan radio dan kembali ke pekerjaan.
Kabar itu cepat menyebar ke pelanggan tetap yang datang membawa gir dan ban tua. Wajah Reno merah padam diserbu ucapan selamat, namun ia tak berlarut pada euforia. Di kepalanya sudah tersusun rencana sederhana: memperbaiki atap bengkel, menambah rak penyimpanan, dan menyisihkan bagian untuk tabungan keluarga.
Rekan sesama montir menilai langkahnya wajar. Mereka mengenal Reno sebagai pekerja yang telaten, jarang mengumbar cerita, dan terbiasa menimbang untung rugi. Uang yang masuk bukan alasan mengubah gaya hidup; pekerjaan tetap jalan, pelanggan tetap diutamakan.
Ketua lingkungan yang sering mampir ke bengkel menyampaikan selamat tanpa berlebihan. Ia mengingatkan semua orang untuk tetap rasional, apalagi banyak anak muda yang gemar meniru tren. Reno mengangguk dan menambahkan bahwa rutinitas kerja tetap prioritas.
Di sela kesibukan, Reno sempat menegaskan bahwa dirinya tidak mengajak siapa pun meniru. Ia mengingatkan, permainan apa pun memiliki risiko, dan orang dewasa bertanggung jawab atas pilihannya masing-masing. Sweet Bonanza 1000 baginya hanyalah jeda, bukan jalan pintas.
Dari bengkel yang berbau oli hingga layar kecil di tangan, kisah Reno mengalun tanpa dramatisasi. Ada disiplin menetapkan batas, ada keputusan untuk berhenti tepat waktu, lalu menata hasil pada kebutuhan yang nyata.
Bagi Reno, hasil kejutan hanyalah bonus dari waktu senggang yang terkelola. Keseharian tetap bergulir di antara roda, rantai, dan pelanggan yang menunggu bengkel buka setiap pagi.
Kabar puluhan juta itu menjadi pengingat bahwa hiburan tetap perlu kendali. Menyikapi Sweet Bonanza 1000 dengan kepala dingin, menjaga waktu, serta tidak menggantungkan harapan berlebihan, membuat cerita ini relevan bagi pembaca yang menghargai keseimbangan.